Selasa, 30 Agustus 2016

Enam Puluh Detik Bersamamu

Btw ini temen aku numpang nulis yaa! Cerpen by : RG                                                      

Apa yang akan kaulakukan jika kau bertemu denganku 60 detik saja?

jawab.

Pasti diam saja.

Tapi bagaimana bila tak bertemu lagi? Bagaimana bila ini yang terakhir? Bagaimana bila ini kesempatan terkahir dan kau menyia-nyiakannya? 

Tak pernah ada dipikiranku aku bisa jatuh sebegitu dalamnya, terjadi begitu saja tanpa bisa aku hentikan. Atau mungkin aku memang tidak ada kekuatan untuk keluar dari lubang yang sangat dalam tersebut, dan hari demi hari, bulan demi bulan, takkan pernah mampu keluar?

Anggap saja aku berlebihan, toh itu juga benar adanya, aku harus apa? 

Aku kuat dan sanggup hanya berdiam diri melihatmu di seberang meja sana, melamun, atau menulis apa yang ada di papan tulis, atau mendengarkan guru berbicara. Berdiam diri dan semuanya terasa menyenangkan dan berlalu sangat cepat. Aku suka saat kau tersenyum, sungguh manis, seakan-akan kau ini adalah coklat. Senyummu selalu bisa mencuri detak jantungku hehe. 

"Permisi dek. ini kelas IPA berapa ya?" 

"IPA 6, ada apa mbak?"

"Hari ini fisika  kosong ya, lanjutin tugas yang kemarin."

"Siap mbak!"

Selalu saja sejak kelas sebelas, pelajaran geografi  memang sering kosong hehe tapi itu tak masalah sih, kalau gini kan aku bisa tidur hehe. 

"Frey, setel lagu dong." Pinta Renata padaku.

"Iya mau lagunya siapa nih, Raisa aja yang baru?" tanyaku pada Renata, yah mungkin karena speaker gawaiku yang paling keras. 

"Iya sip putar yang keras ya." 

Aku mulai menuju ke kerumunan wanita-wanita ribet masa kini, menyetel lagu dan membiarkan gadgetku di tangan mereka. Biarkan saja toh aku tidak punya apa-apa untuk disembunyikan. 

"Bawa dulu aja sana, aku mau tidur dulu, bilangin ya Nat kalo gurunya dateng."

Aku berjalan kebelakang dan merebahkan diri di samping Gea, ternyata Gea sudah tertidur sejak tadi, aku membenarkan posisi tidurku, dan mulai memejamkan mata. Sesungguhnya aku tak pernah benar-benar tidur, ada sebuah tulisan berkata "orang yang kamu pikirkan pertama kali saat akan terlelap dan tertidur adalah orang yang sangat berarti" tentu saja aku tidak semata-mata memikirkan dia saat ini. Hanya saja ini mengingatkan saat malam ketika aku tidur dan pagi ketika aku bangun, dan ya, memang benar begitu. 

Lantunan lagu membuatku setengah tertidur dan terbangun, aku memang sudah mengantuk tapi ada hal yang tiba-tiba memenuhi kepalaku, dia. Mungkin karena liriknya yang sangat dalam sehingga tiba-tiba saja aku memikirkan dia yang kini berjarak satu ruangan.  Tepatnya kelas sebalah. Ah ingin rasanya memulai percakapan dengannya,tapi apa daya, hatinya terlalu beku. 

"Freya, ini udah, bentar lagi ganti pelajaran." Nat menepuk-nepuk bahuku, dan menyodorkan gawaiku.

"Oke." jawabku singkat. 

"Ge bangun ge" giliranku membangunkan Gea sambil berusaha untuk berdiri.

"Nat anterin ke toilet ayo." pintaku sedikit memaksa. 

"Aku gak kebelet, Frey."

"Ah yasudah."

Buru-buru aku menuju toilet yang berada di lantai satu, menuruni anak tangga satu per satu, lalu berhenti di depan kaca untuk mengecek apakah penampilanku masih seperti saat tadi pagi, nyatanya tidak. Tanganku menjelajahi rambut dan seragamku, berusaha membenarkan agar terlihat lebih baik, saat tiba-tiba kulihat dari kaca seseorang yang selalu sukses membuatku tak dapat bekata-kata. Ia sedang menaiki tangga, menuju ke arahku. Cepat-cepat aku berbalik dan menuruni tangga, memasang muka biasa saja dan tetap berjalan.

Sesaat pandangan kami bertemu, bukan, bukan sesaat tetapi sepanjang kita saling menaiki dan menuruni tangga, aku bisa melihat muka gugupnya itu, terlintas ingin aku mengajaknya berbicara sekedar menanyakan darimana, tapi tiba-tiba saja aku tak mampu berpikir dan memilih untuk menunduk, dia pun sama, lalu setelah itu kami saling menuju ke arah masing-masing tanpa melihat satu sama lain atau menyapa.

Ah sakitnya. 

Aku menyesali semuanya. Sangat menyesal, tapi aku wanita, tak seharusnya memulai, tapi apa yang salah juga sih? Ah entahlah. Lagipula jika dia biasa saja harusnya menyapa layaknya orang lain bila bertemu dengan temannya.

Aku hanya dapat meyakinkan diri bahwa memang seharusnya begini saja, dan bila memang diberi kesempatan, pasti akan terjadi, entah kapan itu. Semuanya sudah diatur. 

Setelah semua selesai segera aku kembali ke kelasku dan mengikuti pelajaran sampai selesai. dengan tetap memikirkan penyesalanku tentunya. Bahkan saat bel berbunyi aku masih saja melamun.

"Frey les kan?" tanya Bita membuyarkan lamunanku.

"Iya Bi, bareng ya." 

"Oke Frey." Aku membereskan bukuku dan bergegas menuju ke tempat les, huh, rutinitas kelas dua belas. 

Les, hal yang memang sudah membosankan ditambah kejadian hari ini rasanya ingin bolos saja, tapi aku masih memikirkan masa depanku. Masa depanku lebih penting, tentu saja. 

Satu setengah jam, dan akhirnya berakhir, aku mencatat semuanya dengan cepat, agar selesai lebih cepat juga. 

"Frey, tadi kita les jam berapa sih."

"Gatau, aku langsung masuk aja" kataku sambil ketawa.

"Dasar, sekarang jam berapa?"

"Berapa ya.... ASTAGA."

"Apasih Frey, gak teriak bisa kali"

"Jam ku ketinggalan Bi"

"Di mana? Kelas?"

"Iya deh kayaknya, aku duluan, mau ambil ke sekolah dulu"

"Iya biasanya udah diambil sama Pak petugas kebersihan."

"Okay makasih"

Bodo amat deh balik sekolah sore-sore gini, yang penting jam ku ketemu. Sepertinya semesta mendukungku saat di sekolah, ternyata jam ku ada di petugas kebersihan, untung saja ya. Coba saja tadi Bita tidak bertanya, walaupun bodoh sih, tapi tak apalah. 

"Makasih ya Pak."

"Iya sama-sama, Dik"

Saat aku kembali ke tempat parkir, kulihat dia sedang mengenakan helm, tumben sore begini, sendirian lagi, pikirku. 

Mungkin ini saatnya, mungkin semesta sengaja membuat jam tanganku ketinggalan?

Aku beranikan diri menuju motorku yang memang bersebelahan.

"Loh tumben belum pulang?" tanyaku berusaha terlihat biasa saja.

"E-eh iya hehe, dari makan tadi." jawabnya mungkin kaget akan keberadaanku.

"Gak les kamu?" masih berusaha terlihat biasa saja, yang sungguh sebenarnya aku sangat malu.

"Ini lagi mau les, kamu gak les?"

"Udah selese hehe, yaudah aku duluan ya." aku menghidupkan mesin motorku dan melaju pelan-pelan. 

"Oke" senyumnya malu-malu. 

Do i have a chance after all?

Kulihat dia dari spion motorku, dan dia masih di sana dengan senyum malu-malunya. 

Maybe i have a chance after all?

Menurut kalian, Freya dan teman cowok spesialnya bakal  ada perubahan nggak sih? 
Komen dong, sebagai anonim saja.














2 komentar: